Kesedihan Seorang Santri
Bukanlah dikatakan sebagai manusia apabila ia sempurna dalam segalanya
Tidaklah pantas bagi manusia membanggakan dirinya
Atas apa yang telah ia peroleh dan ia miliki
Sesungguhnya manusia hanyalah puing-puing sampah tak berguna
Yang menyelimuti gumpalan debu yang berhamburan di atas curahan air mata kesengsaraan
Berayunkan angin malam yang sunyi dan sepi
Tanpa sahabat dan tanpa kebahagiaan
Berpegangan suara gemuruh hentakan bumi dipijak kesunyian
Sendiri menanti datangnya sinar mentari
Menyinarinya dengan cahaya kebahagiaan
Suara merdu rembulan bagaikan goncangan
Air sungai mengalir dengan deras tiada hentinya membuat dia semakin kesepian
Bukan hal biasa jika ia menginginkan dirinya didaur ulang
Agar dapat berguna dan bermanfaat bagi para hamba yang selalu melakukan perbuatan dosa
Mempertahankan martabat
Berebut tahta
Memegang kekuasaan
Berjalan dalam kemewahan
Sengsara dalam kemudahan
Menghilang dengan kebahagiaan
Selamanya dalam keabadian
Namun……..
Tanpa meraka sadari
Mereka hanya hidup dalam perjalanan
Yang nantinya pasti akan kembali pulang
Datang dengan keterbatasan
Berkelana dalam keserakahan
Dan kembali dalam kepedihan
Sepi……tanpa suara yang didengarkan
Hanyalah jeritan malam yang terlihat
Hanya bayang-bayang sang idaman yang difikirkan
Diimpikan seekor kerang menghargainya
Namun………apalah daya
Ia sadari bahwa ia tidaklah berguna , dan
Bukanlah seekor kerang yang datang , namun
Gumpalan api yang membara membakar dada dan hatinya
Tanpa belas kasih
Mengobarkan jiwa dan raganya sampai habis terbakar
Jiwanya perih dan pedih menahan panas yang membara di dada
Dirinya hancur lebur
Kini…..
Ia semakin yakin bahwa dirinya sangatlah hina
Angin membawa dirinya bercampur dengan tanah
Yang selalu dipijak oleh siapapun
Yang mempunyai martabat tinggi
Gundah hatinya karena tiada mentari yang menyinari
Hanyalah kotoran dan tanah yang menemaninya
Bercampur dengan air mata yang berlinang membasahi diri
Dengan kepedihan dan rasa kerendahan
Ketika mentari memancarkan sinarnya
Menerangi seluruh alam dengan kasih sayang yang hangat
Kini…….
Ia mengerti bukanlah martabat yang dicari
Bukanlah kemewahan
Bukanlah kesenangan dan kebahagiaan
Bukanlah kearifan
Bukanlah kesucian
Bukanlah harga diri
Bukanlah kesombongan
Bukanlah kebencian
Bukanlah cinta
Bukanlah sayang
Melainkan kemanfaatan dirinya bagi yang sedang dilanda kerinduan
Walaupun ia hanyalah puing-puing sampah yang terbakar jiwa dan raganya
Dan…………
Ia mengerti karena dirinya sang kupu-kupu yang indah
Terbang menjulang tinggi di atas air mata kebahagiaan
Dapat hidup dan menghirup udara kesegaran dengan bebas dan lepas
Menghisap madu dari buah curahan air mata kepedihan dan kesengsaraan
Yang telah ia keluarkan
Dan haruslah selalu diingat bahwa
“Harga diri bukanlah yang utama, namun”
“Tanpa harga diri, manusia tidak akan menjadi utama”
Kesedihan santri
Dicurahkan dari hati yang membusuk menginginkan wewangian
Yang selalu menyinarinya dengan kebahagiaan yang berbuah kepedihan
Menyelimtinya keceriaan yang berbuah kesengsaraan
25 Februari 2010