SALAFIYAH BUKAN HIZBIYAH
Oleh
Ustadz Arif Fathul Ulum bin Ahmad Saifullah
Bagian Pertama Dari Dua Tulisan 1/2
Sebagian orang menyangka bahwa Salafiyah adalah kelompok hizbiyah seperti halnya Hizbut Tahrir, Ikhwanul Muslimin, Quthubiyah Sururiyah dan Jama’ah Tabligh, dan bahwasanya seorang salafi seperti halnya seorang ikhwani atau tablighi atau quthbi dari segi hukum dan pemahaman.
Mereka menyangka bahwasanya istilah Salafiyah adalah istilah yang baru muncul dalam kurun wajtu yang tidak lama. Ucapan ini sering muncul dari mulut para pentolan “jama’ah-jama’ah kontemporer” di media massa. Ada juga yang mengatakan bahwa pendiri dakwah Salafiyah adalah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab –seakan-akan dakwah ini belum pernah dikenal sebelumnya- sebagaimana dikatakan oleh penulis kitab Mausu’ah Muyassaroh fil Adyan wal Madzahib Muashirah (hal, 273)!
Ada lagi yang meluncurkan syubhat bahwasanya Salafiyah tidak lain hanyalah suatu kurun waktu dan bukan suatu madzhab seperti Al-Buthi dalam kitabnya Salafiyah Laisat Madzhaban!
Yang sangat disayangkan, ternyata masih ada di antara para da’i yang mengaku beraqidah salaf yang sengaja menajuhi penisbahan kepada Salafiyah dalam dakwah mereka, seakan-akan nama Salafiyah adalah nama yang tabu atau karena nisbah tersebut membuat mereka tidak leluasa bergerak “di arena dakwah” mereka.
Padahal tidak ada yang lebih membanggakan seorang muslim dari menisbahkan diri kepada salaf. Lafazh Salafiyah atau Salafi tidaklah digunakan oleh para ulama Ahlus Sunnah kecuali dalam kebaikan. Lihatlah dalam kitab-kitab para ulama terutama dalam kitab-kitab biografi, mereka tidaklah menyebut Salaf atau Salafi melainkan sebagai pujian. Begitu sering para ulama menyebutkan biografi seseorang dan menyebutkan di antara manaqibnya adalah karena dia berjalan di atasn manhaj Salaf!
Maka di dalam pembahasan yang ringkas ini akan kami paparkan sikap yang seharusnya ditempuh oleh seorang muslim di dalam masalah ini dan sekaligus kami bawakan nukilan dari perkataan-perkataan para ulama dari berbagai generasi tentang nisbah kepada Salaf.
PENGERTIAN SALAFIYAH
Salafiyah adalah penisbatan kepada Salaf. Dan Salaf secara bahasa dari sin, lam dan fa yang menunjukkan makna yang sudah berlalu dan terdahulu ([Mu’jam Maqayis Lughah, Ibnu Faris, 3/95]
Fairuz Abadi berkata : “Salaf adalah orang-orang yang mendahuluimu dari nenek moyangmu dan kerabatmu” [Qamusul Muhith 3/153]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Fathimah Radhiyallahu ‘anha di saat beliau sakit keras menjelang wafat.
“Artinya : Bertaqwalah kepada Alloh dan bersabarlah, maka sesungguhnya sebaik-baik salaf (pendahulu) bagimu adalah aku” [Muttafaq ‘Alaihi, Shahih Bukhari 5/2317 dan Shahih Muslim 4/1904]
Adapun secara istilah maka madzhab Salaf adalah jalan yang ditempuh oleh para sahabat dan orang-orang yang menempuh jalan mereka. Al-Qalsyani berkata : “Salafush Shalih adalah generasi pertama yang mendalam keilmuan mereka, yang mengikuti jalan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang selalu menjaga sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Alloh pilih mereka sebagai sahabat NabiNya, dan Alloh tugaskan mereka untuk menegakkan agamaNya…” [Tahrirul Maqalah min Syarhi Risalah hal. 36]
Syaikh Bakr bin Abdullah Abu Zaid berkata : ‘Jika disebut Salaf atau Salafiyun atau Salafiyah, maka dia adalah nisabah kepada Salafush Shalih yakni para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dalam kebaikan, bukan orang-orang yang cenderung kepada hawa nafsu dari generasi sesudah sahabat dan menyempal dari jalan para sahabat degan nama atau symbol –mereka inilah yang disebut khalafi,nisbah kepada khalaf-. Adapun orang-orang yang teguh di atas manhaj kenabian maka mereka menisbahkan diri kepada Salafush Shalih sehingga mereka dsiebut Salaf dan Salafiyyun dan nisbah kepada mereka adalah Salafi” [Hukmul Intima hal. 90]
SALAFIYYUN ANTI HIZBIYAH
Hizbiyah secara bahasa nisbah kepada hizb yaitu kelompok atau kumpulan manusia. [Qamusul Mhith hal.94]
Jika hizb (kelompok) tersebut dijadikan sebagai standar kebenarn dan menjadi dasar bagi wala (loyalitas) dan bara’ (kebencian dan permusuhan) maka inilah hizbiyah yang dicela oleh Alloh dalam KitabNya.
“Artinya : Janganlah kalian termasuk orang-orang yang mempersekutukan Alloh, yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka” [Ar-Rum : 31-32]
Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma berkata : Mu’awiyah berkata kepadaku : ‘Apakah kamu berada di atas milah Ali? Maka aku berkata : “Tidak, dan aku juga tidak berada di atas millah Utsman. Aku berada di atas millah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam” [Ibanah Kubra, Ibnu Baththah, 1/355]
Lihatlah bagaimana Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma membenci hizbiyah meskipun hizbiyah tersebut disandarkan kepada salah seorang Khulafaur Rasyidin. Demikianlah, Salafush Shalih sangat membenci hizbiyah kepada kelompok apa pun.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata ; “Tidak diperbolehkan bagi seorangpun untuk mengambil suatu perjanjian atas seseorang agar dia selalu menyetujui apa yang dia selalu menyetujui apa yang dia kehendaki, memberikan loyalitas kepada siapa saja yang disukai oleh yang dia bai’at, memusuhi siapa saja yang memusuhi orang yang dia bai’at. Bahkan orang yang berbaut seperti ini adalah seperti model Jengkhis Khan yang menjadikan siapa saja yang cocok dengan mereka adalah teman yang loyal, dan siapa saja yang menyelisihinya adalah musuh yang harus dibenci” [Majmu Fatawa 28/16]
Syaikh Bakr bin Abdullah Abu Zaid berkata : “Sesungguhnya tangan Alloh diatas jama’ah, maka tidak ada pengelompokan dan hizbiyah dalam Islam. Maka aku meminta perlindungan Alloh kepadamu agar engkau tidak luluh sehingga menjadi rampasan kelompok-kelompok, madzhab-madzhab yang batil dan partai-partai yang ghuluw yang menjadikan wala dan bara di atas hizbiyah tersebut. Maka jadilah engkau seorang penuntut ilmu yang berjalan di atas jalan yang lurus, mengiuti atsar dan sunnah, menyeru kepada Alloh di atas bashirah, dan mengakui keutamaan orang-orang yang terdahul, dan bahwasanya hizbiyah yang memiliki jalur dan lingkup yang baru yang tidak pernah dikenal oleh Salaf, maka semua itu adalah termasu penghalang yang terbesar dari mendapatkan ilmu, dan dia memecah belah jama’ah” [Hilyah Thalibil Ilmi hal. 61-62]
INTISAB KEPADA SALAF BUKAN HIZBIYAH
Intisab kepada Salaf bukan hizbiyah karena Salafiyn tidak pernah menjadikan wala’ dan bara kecuali kepad Islam, tidak kepada simbol-simbol tertentu, tetapi semata-mata kepada kitab dan Sunnah. Hal ini sangat jauh berbeda dengan kelompok-kelompok dan partai-partai yang memiliki nama-nama, julukan-julukan, metode-metode, dan simbol-simbol yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya, memberikan loyalitas kepada setiap orang yang loyal kepada kelompok mereka dan menisbahkan diri kepada kelompok mereka, di sisi lain mereka menjauhi bahkan memusuhi setiap orang-orang yang menyeisihi kelompok mereka dan tidak bernaung di bawah panji-panji mereka!
Demikian juga nisbah kepada Salaf tidak menjadikan ta’ashub (fanatik) kepada seseorang atau kelompok, karena Salafiyun tidak menjadikan suri tauladan dalam segala sesuatu kecuali kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Adapun kelompok-kelompok hizbiyah maka mereka begitu fanatik dengan pendiri kelompoknya atau tokoh-tokoh kelompoknya. Bahkan mereka teramat sangat di dalam memusuhi setiap orang yang mengkritik atau menyebutkan kesalahan pendiri mereka, pemimpin mereka, atau tokoh-tokoh mereka. Bahkan mereka menuduh setiap orang yang mengoreksi kesalahan kelompok mereka sebagai pemecah-belah dan mengkafirkan umat!.
ITTIBA KEPADA SALAF ADALAH SYI’AR AHLUS SUNNAH
Abu Nu’aim Al-Ashbahani berkata : “Di antara syi’ar Ahlus Sunnah adalah ittiba’ mereka kepada Salafush Shalih dan meninggalkan segala sesuatu yang bid’ah dan diada-adakan” [Al-Hujjah fi Bayanil Muhajjah 1/364]
Para ulama Ahlus Sunnah selalu menjadikan ittiba kepada Salaf sebagai suatu keutamaan ketika mereka menyebut biografi seseorang.
Abu Nu’aim Al-Ashbahani menyebutkan Abu Utsman Al-Warraq dalam Hilyatul Auliya (10/313) dan mengatakan : “Jalan yang dia tempuh adalah jalan Salaf”.
Al-Hafizh Adz-Dzahabi di dalam Tadzkiratul Huffazh (3/977) ketika menyebut biografi Abu Ahmad Al-Hakim Al-Hafizh, beliau mengatakan tentangnya : “Adalah Abu Ahmad termasuk orang-orang shalih yang teguh di atas sunnah Salaf”.
Ketika menyebut biografi Al-Imam Abu Ismail Al-Harawi dalam Tadzkiratul Huffazh (4/1237) beliau mengatakan tentangnya : “beliau mengikuti sirah Salaf”.
Ketika menyebut biografi Al-Imam Abdul Wahhab Al-Anmathi dalam Tadzkiratul Huffazh (4/1283) beliau mengatakan tentangnya : “Beliau berada di atas jalan Salaf”.
Ketika menyebut biografi Al-Imam Ahmad bin Muhammad Al-Ashbahani dalam Tadzkiratul Huffazh (4/1284) beliau mengatakan tentangnya : “Beliau shahih aqidahnya dan berada di atas jalan Salaf”.
Ketika menyebut biografi Al-Imam Abu Dawud As-Sijistani dalam Siyar A’lamin Nubala (13/215) beliau mengatakan tentangnya : “Beliau mengikuti manhaj Salaf dalam ittiba kepada Sunnah, pasrah kepadanya dan tidak berkubang dalam ilmu kalam”.
Abu Sa’d As-Sam’ani di dalam Tahbir fi Mu’jamil Kabir (3/977) ketika menyebut biografi Abu Ali Husain bin Ali Al-Lamisyi, beliau mengatakan tentangnya : “Beliau menempuh jalan Salafush Shalih”.
MENINGGALKAN INTISAB KEPADA SALAF ADALAH SYI’AR AHLI BID’AH
Merupakan hal yang dimaklumi bahwa kelompok-kelompok bid’ah sangat menjauhi intisab kepada Salaf. Sampai-sampai kelompok yang mengaku beraqidah Salaf pun juga menjauhi dan menghindari penisbahan kepada Salaf. Inilah syi’ar ahli bid’ah dari masa ke masa sebagaimana dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah : “Syi’ah ahli bid’ah adalah tidak mau ittiba kepada Salaf” [Majmu Fatawa 4/100]
Kelompok-kelompok bid’ah ini mengetahui bahwasanya dengan meninggalkan intisab kepada Salaf maka mereka dengan leluasa menghukumi segala sesuatu dengan akal mereka, perasaan mereka dan eksperimen-eksperimen mereka!
Inilah realita yang menunjukkan keagungan taqdir Allah Subhanahu wa Ta’ala agar nampak jelas dakwah yang haq dari setiap kebatilan yang hendak menyerupainya, dan agar dakwah yang haq dan murni dari segala namam kotoran yang hendak mencampurinya.
WAJIB BERLEPAS DIRI DARI KELOMPOK-KELOMPOK SESAT
Penisbahan kepada Salaf merupakan keharusan pada saat ini, seiring dengan meunculnya berbagai macam pemikiran yang menyeleweng dan kelompok-kelompok yang sesat dan menyesatkan. Ahlul haq mengumumkan intisab mereka kepada Salaf sebagai bukti berlepas dirinya mereka dari setiap kelompok yang menyeleweng dari jalan yang lurus. Alloh telah berfirman kepada NabiNya dan orang yang beriman.
“Artinya : Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka ; “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Alloh) “ [Ali-Imran : 64]
“Artinya : Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang shalih, dan berkata : “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri” [Fushshilat : 33]
[Disalin dari Majalah Al-Furqon Edisi 8 Tahun V/Rabi’ul Awal 1427H/April 2006. Penerbit Lajnah Dakwah Ma’had Al-Furqon, Alamat Maktabah Ma’had Al-Furqon, Srowo Sidayu, Gresik Jatim]
Oleh
Ustadz Arif Fathul Ulum bin Ahmad Saifullah
Bagian Pertama Dari Dua Tulisan 1/2
Sebagian orang menyangka bahwa Salafiyah adalah kelompok hizbiyah seperti halnya Hizbut Tahrir, Ikhwanul Muslimin, Quthubiyah Sururiyah dan Jama’ah Tabligh, dan bahwasanya seorang salafi seperti halnya seorang ikhwani atau tablighi atau quthbi dari segi hukum dan pemahaman.
Mereka menyangka bahwasanya istilah Salafiyah adalah istilah yang baru muncul dalam kurun wajtu yang tidak lama. Ucapan ini sering muncul dari mulut para pentolan “jama’ah-jama’ah kontemporer” di media massa. Ada juga yang mengatakan bahwa pendiri dakwah Salafiyah adalah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab –seakan-akan dakwah ini belum pernah dikenal sebelumnya- sebagaimana dikatakan oleh penulis kitab Mausu’ah Muyassaroh fil Adyan wal Madzahib Muashirah (hal, 273)!
Ada lagi yang meluncurkan syubhat bahwasanya Salafiyah tidak lain hanyalah suatu kurun waktu dan bukan suatu madzhab seperti Al-Buthi dalam kitabnya Salafiyah Laisat Madzhaban!
Yang sangat disayangkan, ternyata masih ada di antara para da’i yang mengaku beraqidah salaf yang sengaja menajuhi penisbahan kepada Salafiyah dalam dakwah mereka, seakan-akan nama Salafiyah adalah nama yang tabu atau karena nisbah tersebut membuat mereka tidak leluasa bergerak “di arena dakwah” mereka.
Padahal tidak ada yang lebih membanggakan seorang muslim dari menisbahkan diri kepada salaf. Lafazh Salafiyah atau Salafi tidaklah digunakan oleh para ulama Ahlus Sunnah kecuali dalam kebaikan. Lihatlah dalam kitab-kitab para ulama terutama dalam kitab-kitab biografi, mereka tidaklah menyebut Salaf atau Salafi melainkan sebagai pujian. Begitu sering para ulama menyebutkan biografi seseorang dan menyebutkan di antara manaqibnya adalah karena dia berjalan di atasn manhaj Salaf!
Maka di dalam pembahasan yang ringkas ini akan kami paparkan sikap yang seharusnya ditempuh oleh seorang muslim di dalam masalah ini dan sekaligus kami bawakan nukilan dari perkataan-perkataan para ulama dari berbagai generasi tentang nisbah kepada Salaf.
PENGERTIAN SALAFIYAH
Salafiyah adalah penisbatan kepada Salaf. Dan Salaf secara bahasa dari sin, lam dan fa yang menunjukkan makna yang sudah berlalu dan terdahulu ([Mu’jam Maqayis Lughah, Ibnu Faris, 3/95]
Fairuz Abadi berkata : “Salaf adalah orang-orang yang mendahuluimu dari nenek moyangmu dan kerabatmu” [Qamusul Muhith 3/153]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Fathimah Radhiyallahu ‘anha di saat beliau sakit keras menjelang wafat.
“Artinya : Bertaqwalah kepada Alloh dan bersabarlah, maka sesungguhnya sebaik-baik salaf (pendahulu) bagimu adalah aku” [Muttafaq ‘Alaihi, Shahih Bukhari 5/2317 dan Shahih Muslim 4/1904]
Adapun secara istilah maka madzhab Salaf adalah jalan yang ditempuh oleh para sahabat dan orang-orang yang menempuh jalan mereka. Al-Qalsyani berkata : “Salafush Shalih adalah generasi pertama yang mendalam keilmuan mereka, yang mengikuti jalan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang selalu menjaga sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Alloh pilih mereka sebagai sahabat NabiNya, dan Alloh tugaskan mereka untuk menegakkan agamaNya…” [Tahrirul Maqalah min Syarhi Risalah hal. 36]
Syaikh Bakr bin Abdullah Abu Zaid berkata : ‘Jika disebut Salaf atau Salafiyun atau Salafiyah, maka dia adalah nisabah kepada Salafush Shalih yakni para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dalam kebaikan, bukan orang-orang yang cenderung kepada hawa nafsu dari generasi sesudah sahabat dan menyempal dari jalan para sahabat degan nama atau symbol –mereka inilah yang disebut khalafi,nisbah kepada khalaf-. Adapun orang-orang yang teguh di atas manhaj kenabian maka mereka menisbahkan diri kepada Salafush Shalih sehingga mereka dsiebut Salaf dan Salafiyyun dan nisbah kepada mereka adalah Salafi” [Hukmul Intima hal. 90]
SALAFIYYUN ANTI HIZBIYAH
Hizbiyah secara bahasa nisbah kepada hizb yaitu kelompok atau kumpulan manusia. [Qamusul Mhith hal.94]
Jika hizb (kelompok) tersebut dijadikan sebagai standar kebenarn dan menjadi dasar bagi wala (loyalitas) dan bara’ (kebencian dan permusuhan) maka inilah hizbiyah yang dicela oleh Alloh dalam KitabNya.
“Artinya : Janganlah kalian termasuk orang-orang yang mempersekutukan Alloh, yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka” [Ar-Rum : 31-32]
Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma berkata : Mu’awiyah berkata kepadaku : ‘Apakah kamu berada di atas milah Ali? Maka aku berkata : “Tidak, dan aku juga tidak berada di atas millah Utsman. Aku berada di atas millah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam” [Ibanah Kubra, Ibnu Baththah, 1/355]
Lihatlah bagaimana Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma membenci hizbiyah meskipun hizbiyah tersebut disandarkan kepada salah seorang Khulafaur Rasyidin. Demikianlah, Salafush Shalih sangat membenci hizbiyah kepada kelompok apa pun.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata ; “Tidak diperbolehkan bagi seorangpun untuk mengambil suatu perjanjian atas seseorang agar dia selalu menyetujui apa yang dia selalu menyetujui apa yang dia kehendaki, memberikan loyalitas kepada siapa saja yang disukai oleh yang dia bai’at, memusuhi siapa saja yang memusuhi orang yang dia bai’at. Bahkan orang yang berbaut seperti ini adalah seperti model Jengkhis Khan yang menjadikan siapa saja yang cocok dengan mereka adalah teman yang loyal, dan siapa saja yang menyelisihinya adalah musuh yang harus dibenci” [Majmu Fatawa 28/16]
Syaikh Bakr bin Abdullah Abu Zaid berkata : “Sesungguhnya tangan Alloh diatas jama’ah, maka tidak ada pengelompokan dan hizbiyah dalam Islam. Maka aku meminta perlindungan Alloh kepadamu agar engkau tidak luluh sehingga menjadi rampasan kelompok-kelompok, madzhab-madzhab yang batil dan partai-partai yang ghuluw yang menjadikan wala dan bara di atas hizbiyah tersebut. Maka jadilah engkau seorang penuntut ilmu yang berjalan di atas jalan yang lurus, mengiuti atsar dan sunnah, menyeru kepada Alloh di atas bashirah, dan mengakui keutamaan orang-orang yang terdahul, dan bahwasanya hizbiyah yang memiliki jalur dan lingkup yang baru yang tidak pernah dikenal oleh Salaf, maka semua itu adalah termasu penghalang yang terbesar dari mendapatkan ilmu, dan dia memecah belah jama’ah” [Hilyah Thalibil Ilmi hal. 61-62]
INTISAB KEPADA SALAF BUKAN HIZBIYAH
Intisab kepada Salaf bukan hizbiyah karena Salafiyn tidak pernah menjadikan wala’ dan bara kecuali kepad Islam, tidak kepada simbol-simbol tertentu, tetapi semata-mata kepada kitab dan Sunnah. Hal ini sangat jauh berbeda dengan kelompok-kelompok dan partai-partai yang memiliki nama-nama, julukan-julukan, metode-metode, dan simbol-simbol yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya, memberikan loyalitas kepada setiap orang yang loyal kepada kelompok mereka dan menisbahkan diri kepada kelompok mereka, di sisi lain mereka menjauhi bahkan memusuhi setiap orang-orang yang menyeisihi kelompok mereka dan tidak bernaung di bawah panji-panji mereka!
Demikian juga nisbah kepada Salaf tidak menjadikan ta’ashub (fanatik) kepada seseorang atau kelompok, karena Salafiyun tidak menjadikan suri tauladan dalam segala sesuatu kecuali kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Adapun kelompok-kelompok hizbiyah maka mereka begitu fanatik dengan pendiri kelompoknya atau tokoh-tokoh kelompoknya. Bahkan mereka teramat sangat di dalam memusuhi setiap orang yang mengkritik atau menyebutkan kesalahan pendiri mereka, pemimpin mereka, atau tokoh-tokoh mereka. Bahkan mereka menuduh setiap orang yang mengoreksi kesalahan kelompok mereka sebagai pemecah-belah dan mengkafirkan umat!.
ITTIBA KEPADA SALAF ADALAH SYI’AR AHLUS SUNNAH
Abu Nu’aim Al-Ashbahani berkata : “Di antara syi’ar Ahlus Sunnah adalah ittiba’ mereka kepada Salafush Shalih dan meninggalkan segala sesuatu yang bid’ah dan diada-adakan” [Al-Hujjah fi Bayanil Muhajjah 1/364]
Para ulama Ahlus Sunnah selalu menjadikan ittiba kepada Salaf sebagai suatu keutamaan ketika mereka menyebut biografi seseorang.
Abu Nu’aim Al-Ashbahani menyebutkan Abu Utsman Al-Warraq dalam Hilyatul Auliya (10/313) dan mengatakan : “Jalan yang dia tempuh adalah jalan Salaf”.
Al-Hafizh Adz-Dzahabi di dalam Tadzkiratul Huffazh (3/977) ketika menyebut biografi Abu Ahmad Al-Hakim Al-Hafizh, beliau mengatakan tentangnya : “Adalah Abu Ahmad termasuk orang-orang shalih yang teguh di atas sunnah Salaf”.
Ketika menyebut biografi Al-Imam Abu Ismail Al-Harawi dalam Tadzkiratul Huffazh (4/1237) beliau mengatakan tentangnya : “beliau mengikuti sirah Salaf”.
Ketika menyebut biografi Al-Imam Abdul Wahhab Al-Anmathi dalam Tadzkiratul Huffazh (4/1283) beliau mengatakan tentangnya : “Beliau berada di atas jalan Salaf”.
Ketika menyebut biografi Al-Imam Ahmad bin Muhammad Al-Ashbahani dalam Tadzkiratul Huffazh (4/1284) beliau mengatakan tentangnya : “Beliau shahih aqidahnya dan berada di atas jalan Salaf”.
Ketika menyebut biografi Al-Imam Abu Dawud As-Sijistani dalam Siyar A’lamin Nubala (13/215) beliau mengatakan tentangnya : “Beliau mengikuti manhaj Salaf dalam ittiba kepada Sunnah, pasrah kepadanya dan tidak berkubang dalam ilmu kalam”.
Abu Sa’d As-Sam’ani di dalam Tahbir fi Mu’jamil Kabir (3/977) ketika menyebut biografi Abu Ali Husain bin Ali Al-Lamisyi, beliau mengatakan tentangnya : “Beliau menempuh jalan Salafush Shalih”.
MENINGGALKAN INTISAB KEPADA SALAF ADALAH SYI’AR AHLI BID’AH
Merupakan hal yang dimaklumi bahwa kelompok-kelompok bid’ah sangat menjauhi intisab kepada Salaf. Sampai-sampai kelompok yang mengaku beraqidah Salaf pun juga menjauhi dan menghindari penisbahan kepada Salaf. Inilah syi’ar ahli bid’ah dari masa ke masa sebagaimana dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah : “Syi’ah ahli bid’ah adalah tidak mau ittiba kepada Salaf” [Majmu Fatawa 4/100]
Kelompok-kelompok bid’ah ini mengetahui bahwasanya dengan meninggalkan intisab kepada Salaf maka mereka dengan leluasa menghukumi segala sesuatu dengan akal mereka, perasaan mereka dan eksperimen-eksperimen mereka!
Inilah realita yang menunjukkan keagungan taqdir Allah Subhanahu wa Ta’ala agar nampak jelas dakwah yang haq dari setiap kebatilan yang hendak menyerupainya, dan agar dakwah yang haq dan murni dari segala namam kotoran yang hendak mencampurinya.
WAJIB BERLEPAS DIRI DARI KELOMPOK-KELOMPOK SESAT
Penisbahan kepada Salaf merupakan keharusan pada saat ini, seiring dengan meunculnya berbagai macam pemikiran yang menyeleweng dan kelompok-kelompok yang sesat dan menyesatkan. Ahlul haq mengumumkan intisab mereka kepada Salaf sebagai bukti berlepas dirinya mereka dari setiap kelompok yang menyeleweng dari jalan yang lurus. Alloh telah berfirman kepada NabiNya dan orang yang beriman.
“Artinya : Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka ; “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Alloh) “ [Ali-Imran : 64]
“Artinya : Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang shalih, dan berkata : “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri” [Fushshilat : 33]
[Disalin dari Majalah Al-Furqon Edisi 8 Tahun V/Rabi’ul Awal 1427H/April 2006. Penerbit Lajnah Dakwah Ma’had Al-Furqon, Alamat Maktabah Ma’had Al-Furqon, Srowo Sidayu, Gresik Jatim]
No comments:
Post a Comment